Rabu, 18 April 2007

Konsep Fundamental

Konsep fundamental dalam Islam adalah Tauhid yakni mengakui keesaan Tuhan dan menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Konsep ini dituangkan dengan jelas dan sederhana pada surat Al-Ikhlas (surat ke 112) yang terjemahannya antara lain :

Katakanlah "Allah (Tuhan) itu satu".
  1. "Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu".
  2. "Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan".
  3. "dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
Dalam bahasa Arab, Tuhan disebut sebagai Allah. Kata ini secara etimologis terhubung dengan ilah "ketuhanan", Allah adalah juga kata yang digunakan oleh orang Kristen (Nasrani) dan Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan Septuaginta.
Nama "Allah" tidak memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis kelamin tertentu. Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam Al Qur'an dikatakan:
"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat". (QS 42 : 11)

Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-Nya kepada manusia melalui Al Quran :
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku". (QS. 20 : 14)

Pemakaian kata Allah secara linguistik mengindikasikan kesatuan. Umat Islam percaya bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah sama dengan Tuhan umat Yahudi dan Nasrani, dalam hal ini adalah Tuhan Ibrahim. Namun, Islam menolak ajaran Kristen menyangkut paham Trinitas dimana hal ini dianggap Politheisme.

Mengutip Qur'an, surat An-Nisa(4) :171:
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikannya kepada Maryam dan (dengan tiupan ) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan janganlah kamu mengatakan :"Tuhan itu tiga", berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagi kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa. Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara".

Dalam Islam visualisasi atau penggambaran Tuhan tidak dijumpai, hal ini dilarang karena dapat berujung pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena Tuhan tidak serupa dengan apapun (Asy-syuraa QS. 42 : 11). Sebagai gantinya, Islam menggambarkan Tuhan dalam 99 nama / gelar / julukan Tuhan (asma'ul husna) yang menggambarkan sifat ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada Al Qur'an.

Rukun Islam dan Rukun Iman

Lima Rukun Islam
Para ulama mengharuskan setiap Muslim mematuhi lima pilar utama dalam Islam yang disebut sebagai Rukun Islam, yaitu:

  1. Mengucap dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah selain Allah dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasul Allah.
  2. Menunaikan shalat lima kali sehari.
  3. Berpuasa pada bulan Ramadhan.
  4. Membayar zakat.
  5. Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.

Enam Rukun Iman
Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara yaitu:
  1. Iman kepada Allah
  2. Iman kepada malaikat Allah
  3. Iman kepada kitab-kitab Allah (Al Qur'an, Injil, Taurat, Zabur, lembaran Ibrahim)
  4. man kepada nabi dan rasul Allah
  5. Iman kepada hari kiamat
  6. Iman kepada qada dan qadar

Islam

Islam (bahasa Arab, al-islām الإسلام, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim, adapun lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Aspek kebahasaan
Dalam bahasa Arab, Islām berarti “berserah diri” dan merupakan suatu Dīn yang berarti "aturan" atau "sistem" (QS Al-Maidah:83). Secara etimologis, kata tersebut diturunkan dari akar yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”. Kata 'Muslim' (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islām. Kata tersebut berarti “orang yang berserah diri kepada Allah" dalam bahasa Indonesia.

Kepercayaan
Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatān ("dua kalimat persaksian"), yaitu "Laa ilaha ilallah, Muhammadar Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah". Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).
Umat Muslim percaya bahwa Allāh menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, seperti Nabi Adam as., Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan nabi lainnya (untuk lebih lanjutnya, silakan baca artikel mengenai Para nabi dan rasul dalam Islam) yang diakhiri oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi dan rasul utusan Allah terakhir sepanjang masa (khataman-nabiyyin). Umat Islam juga meyakini Al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (QS Al-Baqarah:2). Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan Al-Quran hingga akhir zaman dalam suatu ayat.
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum Al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil, dan suhuf atau lembaran Ibrahim) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar adanya (QS Al-Baqarah:3). Namun muslim juga percaya bahwa selain Al Qur'an seluruh firman Allah telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan menyempurnakan kitab sebelumnya.
Umat Islam juga percaya bahwa Islam adalah agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Nabi Adam as., dengan demikian tentu saja Nabi Ibrahim as. juga menganut Islam (QS Al-Baqarah:130-132) 2:130. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam Al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau Ahlul Kitab.

Sumber

Selasa, 03 April 2007

SEJARAH KELUARGA BANI UMAYYAH

Nama Bani Umayyah dalam bahasa Arab berarti anak turun Umayyah, yaitu Umayyah bin Abdul Syams. Ia adalah salah satu pemimpin dalam kabilah suku Quraisy. Abdul Syams adalah saudara dari Hasyim, sama-sama keturunan Abdul Manaf. Dari Bani Hasyim inilah lahir Nabi Muhammad SAW.
Di masa sebelum Islam, Bani Umayyah selalu bersaing dengan Bani Hasyim. Pada waktu itu, Bani Umayyah lebih berperan dalam masyarakat Mekkah. Hal ini disebabkan, mereka menguasai pemerintahan dan perdagangan yang banyak bergantung kepada pengunjung Kakbah. Dipihak lain, Bani Umayyah adalah orang-orang yang sederhana.
Dengan berkembangnya agama Islam, Bani Umayyah merasa bahwa kekuasaannya terancam. Oleh sebab itu, mereka menjadi penentang utama dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW, misalnya Abu Sufyan bin Harb. Ia adalah salah satu anggota Bani Umayyah yang beberapa kali menjadi pemimpin suku Quraisy Mekkah dalam peperangan melawan Nabi Muhammad SAW.
Setelah Islam menjadi kuat dan mampu merebut Mekkah, Abu Syufyan dan pihaknya menyerah. Peristiwa itu dinamakan Fathu Makkah dan terjadi pada tahun 8 Hijriah. Akhirnya, Abu Sufyan bin Harb dan anaknya Mu’awiyah bin Abu Sufyan memeluk Islam. Peristiwa ini menjadi awal berperannya Bani Umayyah dalam sejarah Islam.

MU’AWIYAH BIN ABU SUFYAN
Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh berpengaruh dari Bani Umayyah. Ia masuk Islam bersama ayahnya pada saat terjadi Fathu Makkah. Pada masa Nabi Muhammad SAW, ia menjadi salah satu periwayat hadist yang baik. Pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Mu’awiyah bin Abu Sufyan memimpin tentara Islam dalam Perang Riddah untuk menumpas golongan kaum murtad.
Peran Mu’awiyah bin Abu Sufyan bertambah besar pada masa Khalifah Usman bin Affan. Pada waktu itu, Mu’awiyah bin Abu Sufyan menjabat gubernur di Damaskus (Suriah). Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan menyebabkan perpecahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan dengan Ali bin Abi Talib dalam menangani kasus terbunuhnya Usman bin Affan

BERDIRINYA KEKAHALIFAHAN BANI UMAYYAH
Perselisihan antara Ali bin Talib dengan Mu’awiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi Perang Siffin. Perang tersebut diakhiri Peristiwa tahkim yang menyebabkan munculnya kelompok al-Khawarij, yaitu kelompok di pihak Ali bin Abi Talib yang tidak menerima hasil tahkim. Perselisihan tersebut berakhir dengan terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Talib oleh Ibnu Muljam dari kelompok al-Khawarij.
Sepeninggal Ali bin Abi Talib, pemerintahan dilanjutkan oleh putranya, Hasan bin Ali. Akan tetapi, pemerintahan Hasan bin Ali hanya bertahan beberapa bulan saja. Posisinya yang semakin lemah, keinginannya untuk mrnyatukan seluruh umat Islam, membuat ia menyerahkan pemerintahan kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Hasan bin Ali tidak menginginkan peperangan berkepanjangan yang meminta banyak korban jiwa di kalangan umat Islam.
Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan sebutan amul jama’ah atau tahun penyatuan. Peristiwa itu terjadi pada tahun 41 H atau 661 M. Sejak saat itu, secara resmi pemerintahan Islam dipegang ole Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus (Suriah).

MASA PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH
Bani Umayyah memegang kekuasaan Islam selama sembilan puluh tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus. Selama kurun waktu tersebut pemerintahan di pegang oleh empat belas orang khalifah. Khalifah-khalifah itu adalah sebagai berikut:
  1. Mu’awiyah bin Abu Sufyan (Mu’awiyah I) - (661M-680M)
  2. Yazid bin Mu’awiyah (Yazid I) - (680M-683M)
  3. Mu’awiyah bin Yazid (Mu’awiyah II) - (683M-684M)
  4. Marwan bin Hakam (Marwan I) - (684M-685M)
  5. Abdul Malik bin Marwan - (685M-705M)
  6. Al-Walid bin Abdul Malik (Al-Walid I) - (705M-715M)
  7. Sulaiman bin Abdul Malik - (715M-717M)
  8. Umar bin Abdul Aziz (Umar II) - (717M-720M)
  9. Yazid bin Abdul Malik (Yazid II) - (720M-724M)
  10. Hisyam bin Abdul Malik - (724M-743M)
  11. Walid bin Yazid (Al-Walid III) - (743M-744M)
  12. Yazid bin Walid (Yazid III) - (744M)
  13. Ibrahim bin Walid - (744M)
  14. Marwan bin Muhammad (Marwan II) - (744M-750M)
Di antara khalifah-khalifah itu terdapat beberapa khalifah yang menonjol dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan agama serta kebudayaan umat Islam. Khalifah-khalifah tersebut adalah sebagai berikut:

a MU’AWIYAH BIN ABU SUFYAN
Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah pendiri kekhalifahan Bani Umayyah. Ia memerintah selama sembilan belas tahun (661M-680M). Pada masa pemerintahannya, Islam menyebar ke arah barat dan timur. Di bidang pemerintahan, Mu’awiyah bin Abu Sufyan mendirikan pos dinas untuk memperlancar administrasi pusat dengan daerah. Di bidang perekonomian, ia mencetak mata uang. Selanjutnya di bidang hukum, ia memunculkan profesi qadi yang bertugas untuk memutuskan hukum dalam permasalahan-permasalahan yang muncul di kalangan umat Islam.

b ABDUL MALIK BIN MARWAN
Abdul Malik bin Marwan memerintah selama dua puluh tahun (685M-705M). Pada masa pemerintahannya, tentara Islam bergerak lebih jauh ke timur. Disamping perluasan wilayah, ia juga mengubah mata uang Byzantium dan Persia menjadi mata uang bertuliskan kata dalam huruf Arab. Selain itu, ia juga menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi negara.

c AL-WALID BIN ABDUL MALIK
Al-Walid bin Abdul Malik memerintah selama sepuluh tahun (705M-715M). Pada masa pemerintahannya, tentara Islam menguasai Maroko dan Aljazair di Afrika Utara. Tahun 711M, ia mengirim pasukan Islam yang dipimpin Tariq bin Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar dan menyerang Spanyol serta berhasil menguasai Kordora, Sevilla, Elvira, dan Toledo. Di bidang sosial, ia membangun panti untuk orang cacat. Semua pegawai yang bekerja di panti itu mendapatkan gaji tetap dari khalifah. Selain itu, ia juga membangun jaringan jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid.

d UMAR BIN ABDUL AZIZ
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 717M. Beliau di bai'at sebagai khalifah pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.
Umar bin Abdul Aziz memerintah dalam waktu tidak lama, hanya sampai tahun 720M atau hanya selama tiga tahun. Walaupun sebentar, ia berhasil mencapai banyak kemajuan. Pada waktu itu, tentara Islam dipimpin Abdurrahman al-Gafiqi memasuki Bordeaux, Poitier, dan Tour di Perancis. Angkatan laut Islam juga berhasil menguasai pulau-pulau di Laut Tengah. Setelah perluasan wilayah tersebut, ia menitikberatkan perhatiannya di bidang politik dan pemerintahan dalam negeri. Ia mulai menjalin hubungan kembali dengan golongan Syiah serta memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk menjalankn ibadahnya. Ia juga memperingan pajak dan menyamakan kedudukan orang Arab dengan orang Malawi.

e HISYAM BIN ABDUL MALIK
Hisyam bin Abdul Malik memerintah selama sembilan belas tahun (724M-743M). Pada masa pemerintahannya, Bani Umayyah mengalami kemunduran. Hal itu di sebabkan banyak kerusuhan dan gerakan yang melawan khalifah. Di antara gerakan yang paling kuat adalah gerakan dari Bani Hasyim yang di dukung oleh kaum Malawi. Hisyam bin Abdul Malik sebenarnya merupakan khalifah yang cakap. Ia banyak melakukan pembenahan dalam pemerintahannya. Akan tetapi, gerakan perlawanan pada waktu itu sudah sedemikian kuat. Selain itu, sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.

FAKTOR PENYEBAB KEHANCURAN BANI UMAYYAH
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
  • Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
  • Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
  • Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
  • Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
  • Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi'ah, dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

PENINGGALAN BERSEJARAH BANI UMMAYAH
Pada masa Bani Umayyah pembangunan fisik juga mendapatkan perhatian yang besar. Dengan berpindahnya pusat kekuasaan keluar dari Jazirah Arab, pembangunan fisik juga tidak terpusat di Jazirah Arab saja. Usaha yang dilakukan oleh Bani Umayyah dalam kaitannya dengan keberadaan bangunan bersejarah adalah :
  1. Mengubah Katedral St. John di Damaskus menjadi masjid;
  2. Menggunakan Katedral Hims sebagai gereja sekaligus masjid;
  3. Merenovasi Masjid Nabawi;
  4. Membangun Istana Qusayr Amrah dan Istana al-Musatta yang digunakan sebagai tempat peristirahatan di padang pasir.
Bukti-bukti peninggalan tersebut menunjukkan bahwa pada masa Bani Umayyah umat Islam sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi. Hal itu menjadi cikal bakal perkembangan ilmu pengetahuan yang ada pada saat ini.

LIHAT PULA